OSIS SMPN 3 Mamosalato Satap

Hasil Pemilihan Pengurus OSIS SMPN 3 Mamosalato Satap tahun 2019/2020.

Dewan Guru bersama Pengurus OSIS SMPN 3 Mamosalato Satap

Kegiatan Pelantikan Pengurus OSIS SMPN 3 Mamosalato Satap TA. 2019/2020.

SAGUSABLOG

yukkkk...gabung ke sagubalog.

Rabu, 23 Oktober 2024

Koneksi antar materi modul 3.1

 

Muhamad Syahrum  --- CGP Angkatan 11 Kabupaten Morowali Utara ---22 Oktober 2024

 

Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin.

 

KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 3.1

 

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Pratap triloka adalah filosofi yang dicetuskan oleh KHD yang terdiri dari I Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang). Sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus dapat memberikan teladan, semangat dan dorongan kepada murid agar murid dapat mencapai kebahagian sebagai anggota masyarkat maupun sebagai pribadi. Ditengah perkembangan IT, seorang guru dapat mengambil sebuah keputusan yang bijak yang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dalam menuntun setiap anak.Baik tuntunan berupa ilmu pengetahuan terlebih-lebih tuntunan sikap generasi bangsa kedepannya yang diharapkan sesuai dengan profil pelajar pancasila.

Anak adalah unik. Setiap murid kita telah membawa sebuah budaya dan karakter tersendiri yang telah terbentuk oleh lingkungannya/ alamnya. Sehingga sebagai guru kita menuntun anak, menebalkan laku murid yang sudah baik. Melakukan pembelajaran dengan memahami setiap potensi dan bakat serta kemampuan anak. Dengan begitu maka kita telah melakukan upaya penerapan pengambilan keputusan yang sesuai dengan pratap triloka KHD.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap kita (Pendidik) memiliki nilai-nilai yang telah ada dalam diri. Sebagai pendidik harus  berupaya menerapkan keterampilan sosial dan emosional diri dalam pengambilan keputusan dan mempertimbangkan suatu keputusan dengan memahami nilai-nilai kebajikan.

Pengambilan keputusan bukanlah hal yang mudah. Tetapi dengan berbekal ketenangan diri, kemampuan memahami sosial emosional, berkolaborasi, maka keputusan yang dihasilkan akan berdampak positif bagi diri maupun instansi.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya.

Pentingnya teknik coaching untuk dikuasai. Saya sangat merasakan dampak signifikan terkait teknik coaching karena dengan sendirinya kita belajar untuk menemukan solusi atas setiap kendala yang kita hadapi. Saya menyadari bahwa peran fasilitator dalam memberikan pendampingan/ fasilitasi dari modul 1.1 sampai dengan saat sekarang dimodul 3.1 semuanya diawali dengan menanyakan kabar dan kesiapan belajar. Fasilitator benar-benar mengarahkan kita dan memberi kebebasan untuk berdiskusi sehingga menemukan jawaban dari setiap kegiatannya.

Tidak dapat dielakkan pula bahwa dalam pendampingan Individu yang sangat luar biasa, saya mempelajari teknik coaching yang dilakukan oleh pengajar praktik adalah bekal saya dalam menjalankan aktivitas saya di sekolah.

Dengan coaching, guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru memiliki harapan terhadap siswanya sehingga dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di sekolah dengan baik.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Dalam pengambilan setiap keputusan, setiap orang akan berbeda-beda caranya. Guru perlu menyadari dan mengelola aspek sosial dan emosional dengan membuat keputusan yang empatik dan adil. Khususnya dalam dilema etika. Kesadaran sosial emosional akan membantu guru memahami dan mempertimbangkan dampak keputusan yang diambil terhdap kesejahteraan murid maupun rekan guru.

Seorang guru yang hendak mengambil langkah atau suatu keputusan penting untuk berpikir lebih tenang dan berupaya untuk menerapkan kesadaran penuh. Dengan begitu maka pengambilan keputusannya sudah dilangkah yang akan baik nantinya karena guru sudah menyadari akan nilai-nilai kebajikan serta regulasi.

Guru yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran akan bertindak atas dasar keberpihakan pada murid. Dalam setiap keputusannya harus mempertimbangkan bayak hal yang bermuara pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan berlandaskan pada 4 paradigma yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang, 3 prinsip yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dilakukan dengan 9 langkah yaitu:

·         Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

·         Menentukan siapa saja yang terlibat

·         Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

·         Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola

·         Pengujian paradigma benar lawan benar

·         Prinsip Pengambilan Keputusan

·         Investigasi Opsi Trilemma

·         Buat Keputusan

·         Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Dengan adanya contoh konkrit dalam pengambilan keputusan melalui studi kasus. Maka saya dapat belajar bagaimana mengidentifikasi sebuah kasus, memetakannya dan mengambil sebuah langkah/ sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini.

Kesulitan yang saya hadapi dalam menganalisis sebuah kasus yang nyata dalam sekolah saya, berbekal keterampilan analisis kasus pada modul 3.1 ini saya mulai terbimbing dan terarahkan dalam memutuskan sebuah permasalahan.

Sebagai guru kita harus mampu membedakan mada kasus silema etika dan mana kasus yang berfokus pada bujukan moral.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Jika seorang pemimpin dalam mengambil keputusan selalu diawali dengan menerapakan kesadaran diri, bersikap tenang, memperhatikan keberpihakan pada murid, melaksanakan keputusan secara bersama-sama (bertanggungjawab), melibatkan guru dalam pengambilan keputusan, keputusan yang diambil dengan memperhatikan nilai-nilai kebajikan. Maka pimpinan benar-benar telah memberikan teladan/ contoh kepada semua guru. Dan tentunya ini akan berdampak pada terciptanya budaya positif yang berdampak pada pembelajaran.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang saya rasakan adalah munculnya rasa ketidaknyaman terhadap diri karena tidak semua pihak dapat merasakan manfaat dari hasil sebuah keputusan. Pengambilan keputusan juga harus dengan pemahaman bahwa setiap keputusan pasti akan ada resiko. Sehingga ini benar-benar harus silakukan dengan mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan dan menguji keputusan sehingga meminimalkan rasa ketidaknyaman kepada semua pihak.

Perubahan paradigma yang sering muncul dalam pengambilan keputusan adalah paradigma individu melawan masyarakat dan paradigma keadilan lawan rasa kasihan.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Jika keputusan yang diambil dengan memperhatikan berpihak pada murid, melakukan dengan baik keptusan yang diambil dan keputusan yang diambil dengan memperhatikan nilai-nilai kebajikan maka kita telah berupaya untuk memberikan pengajaran yang memerdekakan murid.

Pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita adalah dengan memenuhi kebutuhan belajar setiap murid baik kesiapan belajar, minat maupun profil belajarnya. Pembelajaran yang dapat diterapkan, salah satunya dalah dengan menerapkan 1 atau 2 atau ketiga diferensiasi dalam pembelajaran.

Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Disinilah dasar pijakan kita bahwa semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, membantu mengembangkan bakat dan minat yang sudah ada. Guru hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran terpusat pada siswa, dengan didukung pada penerapan secara eksplisit maupun implisit KSE yang akan semakin memperkuat  dan mempertajam wujud nyata dalam memfasilitasi dan mengasah keterampilan social emosional murid-murid kita.

 

 

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru sedapat mungkin menjadi role model bagi murid-muridnya. Menjadi teladan. Berupaya untuk mememnuhi kebutuhan belajar setiap anak, mengembangkan potensi sosial emosional murid melalui pembelajaran yang terintegasi KSE. Mengembangkan program khusus terkait pengembangan KSE melalui pembelajaran eksplisit (ekstrakurikuler, pembiasaan maupun P5)

10. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru sebagai pendidik.

Pengambilan keputusan tentunya harus berbasis nilai-nilai kebajikan gunan mewujudkan sekolah sebagai institusi moral. Pengambilan keputusan harus berdasarkan 3 unsur yaitu berpihak pada murid, bertanggung jawab dan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran adalah menuntun setiap kekuatan kodrat yang ada pada anak agar anak dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Dalam prosesnya tentu akan ditemui berbagai dilema etika. Sehingga penting untuk setiap keputusan yang diambil sesuai dengan nilai-nilai kebajikan.

Sekolah sebagai institusi moral dalam membentuk karakter siswa harus memiliki Visi yang dapat diketahui oleh seluruh pihak, warga sekolah dan dijalankan secara bersama-sama. Sehinga akan terbangun budaya, nilai-nilai dalam diri seluruh warga sekolah. Visi yang dirumuskan benar-benar tepat, sesuai dengan keadaan sekolah dan program yang dijalankan sebisa mungkin menerapkan alur BAGJA Agar keputusan yang diambil dapat memberikan kemanfaatan untuk banyak orang, mampu mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being) dan dapat dipertanggungjawabkan

Sekolah sebagai institusi yang berfungsi memberikan pelayanan, membimbing, mendidik dan mengajar para peserta didik agar memiliki sifat/tingkah laku yang lebih baik. Sekolah juga bertugas melakukan proses transfer ilmu dan pembentukan karakter peserta didik. Banyak hal yang harus dilakukan, tentu saja banyak juga pengambilan keputusan yang mewarnai kebijakan-kebijakan sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan dengan bijak, dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpim pembelajaran dengan menggunakan alur BAGJA, selalu berorientasi untuk mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman (well being). Guru mempunyai kewajiban untuk mengantarkan murid menjadi insan yang cerdas dan berkarakter, menuju profil pelajar Pancasila. Harapan ini pasti dibutuhkan komitmen dari semua pihak. Dalam mengawal impian ini tentu banyak juga ditemui permasalahan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Untuk itu diperlukan panduan sembilan langkah dalam pengambilan keputusan dan pengujian agar keputusan yang diambil berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Sebagai salah satu bentuk merdeka belajar adalah diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi. Dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid akan terpenuhi sesuai dengan bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Diluar dugaan saya, ternyata ada langkah yang baik dalam pengambilan sebuah keputusan. adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak. Disamping itu secara personal, dalam pengambilan keputusan diperlukan satu sikap keberanian dengan segala konsekwensinya.

Seorang pendidik dalam membuat sebuah keputusan harus dapat mengetahui apakah sebuah permasalahan dikategorikan sebagai dilema etika atau bujukan moral. Jika dilema etika, maka coba menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan. Yang tidak kalah pentingnya adalah dibutuhkan keberanian dan kepercayaan diri dalam mengambil sikap terkait sebuah keputusan

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Ya... saya pernah pengambil keputusan sebelum mempelajari modul ini. Saya pernah mengalami dilema etika. Hal yang saya lakukan adalah dengan jeda sebentar, saya berupaya tenang terlebih dahulu, dan mencoba mencari solusi dari orang yang menurut saya dapat membantu saya, saya juga mepertimbangkan dampak yang akan terjadi termasuk kebermanfaatan.

Yang membedakan adalah langkah-langkah dalam mengambil keputusan. Dengan belajar modul ini saya menjadi lebih kaya akan pengetahuan bahkan telah mempraktikkan, bagaimana cara pengambilan keputusan yang tepat dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang tak lepas dari paradigma dan prinsip-prinsip yang ada.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak yaitu saya memahami dalam modul ini terdapat 4 paradigma dilema etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) yang semuanya didasari atas 3 prinsip (Berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis aturan dan berpikir berbasis peduli) dan 9 langkah konsep pengambilan keputusan dan pengujian keputusan.

Perubahan yang terjadi adalah saya sudah dapat membedakan mana kasus dilema etika dan yang mana bujukan moral. Saya juga menerapkan paradigma mana terkait masalah tersebut dengan begitu saya dapat mengetahui apa saja yang akan saya lakukan selanjutnya.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Mempelajari topik modul 3.1 bagi saya sangat penting dan bermakna. Setiap kita pasti akan menemui sebuah permasalahan khususnya yang berkaitan dengan dilema etika. Dengan menguasai pemahaman 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan keputusan saya telah berupaya menerapkan pengambilan keputusan berbasis nilai-niai kebajikan.

Jika setiap pengambil keputusan menerapkan 9 langkah, maka keterampilan saya sebagai pemimpin pembelajaran semakin baik dan tentunya keputusan yang akan dihasilkan nantinya akan berdampak pada institusi/ sekolah. Dengan menerapkan apa yang ada pada modul 3.1 ini maka saya telah berupaya mewujudkan pembentukan karakter murid yang sesuai dengan pelajar pancasila. Keterampilan yang sudah baik dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, serta menjalankan keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan tentunya akan berdampak pada terbangunnya nilai-nilai dan budaya diri, terbentuknya perilaku warga sekolah yang sesuai dengan visi satuan pendidikan.

Demikian koneksi antar materi yang saya paparkan, saya menyadari masih sangat perlu untuk belajar lebih banyak, untuk itu mohon masukannya agar menjadikan motivasi bagi saya untuk selalu tergerak belajar dan melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk orang lain.

Guru tergerak, bergerak dan menggerakan.